Perangkap Keberhasilan Utilitarianisme: Kebangkitan dan Kejatuhan SBF
Industri cryptocurrency selalu dipenuhi dengan drama. Dalam waktu singkat dua setengah tahun, nilai pasar sebuah perusahaan rintisan dapat melonjak hingga sekitar 28 miliar dolar. Yang lebih menakjubkan adalah, dalam 36 bulan, valuasi perusahaan melonjak dari 800 juta dolar menjadi 32 miliar dolar, dengan pertumbuhan mencapai 4000%.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah bahwa perusahaan ini telah jatuh dari raksasa industri ke tepi kebangkrutan hanya dalam waktu kurang dari seminggu. Di internet bahkan beredar lelucon seperti ini: Kinerja investasi kebanyakan orang dalam minggu ini melebihi seorang trader top yang lulus dari MIT.
Pelaku utama dari semua ini adalah seorang pengusaha muda yang memiliki rambut keriting khas—SBF.
Mitos Altruisme Efektif
Di antara banyak gelar SBF, label "efektif altruis" sangat mencolok. Ini tidak hanya memberikan kesan awal tentang karakternya, tetapi juga menjadi prinsip hidup yang dia anut.
Altruisme, egoisme, dan utilitarianisme adalah pandangan penting dalam etika Barat. Utilitarianisme didirikan oleh filsuf Inggris Bentham, dengan inti pemikirannya adalah "mencari kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak". SBF yang mengklaim sebagai seorang altruis yang efektif, sebenarnya lebih mendekati aplikasi utilitarianisme situasional, yaitu memutuskan bagaimana memaksimalkan kepentingan keseluruhan berdasarkan situasi tertentu, kadang-kadang bahkan mengabaikan moralitas dan hak-hak minoritas.
Definisi altruisme di kalangan akademisi mirip dengan utilitarianisme, keduanya memfokuskan pada perbaikan dunia dan kesejahteraan umat manusia. Altruisme efektif lebih menekankan pertimbangan biaya dan manfaat saat berbuat baik. Para pendukungnya percaya bahwa jika kita dapat mencegah terjadinya hal-hal buruk tanpa menimbulkan kerugian yang signifikan, maka kita memiliki kewajiban moral untuk bertindak.
Namun, pemikiran ini juga dapat menyebabkan beberapa pandangan yang kontroversial. Misalnya, percaya bahwa seseorang yang mampu tidak lebih baik daripada melakukan pekerjaan bergaji tinggi dan kemudian menyumbang, daripada langsung bekerja di lembaga amal, meskipun pekerjaan tersebut mungkin tidak etis atau tidak bermanfaat bagi masyarakat.
SBF bukan hanya penganut teori ini, tetapi juga pelaksana setia. Namun, keyakinan ini akhirnya menyebabkan runtuhnya FTX dengan cepat.
Sumber dan Praktik Kepercayaan
Keyakinan SBF terhadap altruisme efektif dapat ditelusuri kembali ke masa remajanya. Pada usia 14 tahun, ia mulai tertarik pada utilitarianisme. Pemikiran ini berakar dan tumbuh dalam benak mudanya, dan terus berkembang di sepanjang jalan hidupnya.
Selama belajar di Massachusetts Institute of Technology, SBF menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika dan fisika. Sementara itu, ia juga membahas topik-topik seperti utilitarianisme, bisbol, dan politik di blognya, menunjukkan kedalaman pemikirannya.
Di bawah panduan altruisme efektif, karier SBF berkembang pesat seolah-olah dia sedang bermain game, meraih reputasi, status, dan kekayaan. Namun, seiring dengan akumulasi kesuksesan, ketekunannya terhadap ideologi ini semakin mendalam, bahkan sampai pada tingkat yang sulit dipahami oleh orang biasa.
Sebagai seorang altruisme efektif yang teguh, SBF memandang menghasilkan uang dan berkontribusi sebagai misi hidup. Dia bukan hanya anggota organisasi amal, tetapi juga berencana untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya sepanjang hidupnya. Perusahaannya FTX juga berkomitmen untuk menggunakan 1% dari pendapatannya untuk kegiatan amal. Dalam pemilihan presiden AS 2020, SBF menjadi salah satu CEO yang menyumbangkan uang paling banyak kepada Biden, dengan sumbangan pribadi mencapai 5,2 juta dolar.
Meskipun pasar cryptocurrency lesu di tahun 2022, SBF tetap berkomitmen untuk menyumbangkan 1 miliar dolar AS untuk amal melalui FTX Foundation.
Namun, praktik SBF terhadap altruisme efektif tidak hanya terbatas pada kedermawanan. Gaya hidup sehari-harinya juga mencerminkan filosofi ini. Data publik menunjukkan bahwa SBF adalah seorang vegetarian, tidur hanya empat jam setiap malam, dan sering beristirahat di kursi bean bag di kantor. Meskipun merupakan miliarder, ia masih memilih untuk berbagi apartemen dengan orang lain, hampir tidak minum alkohol, dan tidak mengambil cuti.
Tindakan-tindakan ini mungkin membuat orang berpikir SBF adalah orang baik, tetapi apa yang dilakukan orang baik tidak selalu benar. Faktanya, justru pandangan nilai dan dunia yang ekstrem inilah yang pada akhirnya menyebabkan krisis FTX.
Mitos Kesuksesan dan Akar Krisis
Jejak sukses SBF mirip dengan pemuda berbakat lainnya di industri cryptocurrency. Setelah tahun 2018, seluruh industri berada dalam periode kenaikan dan menyambut dua putaran pasar bullish pada tahun 2021. Keuntungan yang terus menerus dan akumulasi kesuksesan membesarkan hati SBF, membuatnya semakin yakin bahwa altruisme efektif adalah kunci kemenangan.
Namun, kegiatan amal, sumbangan politik, dan ekspansi perusahaan memerlukan banyak dana. Ini menjelaskan mengapa SBF terus mencari pendanaan dengan valuasi tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sikapnya yang mencari hasil cepat menyebabkan serangkaian masalah.
Dalam situasi pasar kripto yang secara keseluruhan lesu, cadangan dana sangat tidak mencukupi. Untuk mencapai tujuan pribadinya, SBF mulai menyembunyikan laporan keuangan perusahaan dan menggunakan token platform sebagai jaminan. Bahkan setelah krisis pecah, ia masih mencoba menyebarkan informasi palsu, mengklaim bahwa perusahaan memiliki cadangan dana sebesar 10 miliar dolar AS.
Pengunduran diri eksekutif perusahaan menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan di dalam. Laporan keuangan yang bocor sebelumnya mungkin merupakan tindakan oleh staf internal untuk mencegah situasi memburuk. Ternyata, strategi "meninggalkan mobil untuk menyelamatkan pemimpin" ini efektif sampai batas tertentu. Harga token FTT tidak sepenuhnya jatuh ke nol, tetapi kembali ke level tahun 2020, memberikan FTX secercah harapan.
Refleksi dan Masa Depan
Menghadapi krisis, SBF mulai merenungkan dan melakukan evaluasi mendalam kepada karyawan dan pihak luar. Dia mengakui adanya kekurangan dalam komunikasi dengan investor dan menyatakan akan mengeksplorasi kemungkinan investasi melalui kolaborasi antara FTX dan FTX US.
Di media sosial, SBF menerbitkan surat permohonan maaf yang panjang: "Maaf. Ini yang paling penting. Saya telah mengacaukan segalanya, saya seharusnya melakukan yang lebih baik." Diketahui bahwa dia sedang mencari untuk mengumpulkan hingga 9,4 miliar dolar AS untuk FTX.
Baik utilitarianisme maupun altruisme efektif hanyalah alat pemikiran bagi individu. Mengejar keuntungan secara berlebihan atau terlepas dari kenyataan adalah hal yang tidak diinginkan. Para altruisme efektif mungkin merasakan kebahagiaan dan kepuasan saat menerapkan teori, tetapi mereka juga rentan terhadap optimisme berlebihan, mengabaikan kondisi dan masalah yang ada.
Saat ini, SBF tampaknya telah mulai melepaskan prinsip yang telah dianutnya dalam jangka panjang dan kembali ke realitas. Kesuksesannya bukanlah kebetulan, begitu pula nasib FTX belum sepenuhnya ditentukan. Apakah SBF benar-benar bisa berubah dan bangkit kembali, mari kita tunggu dan lihat.
This page may contain third-party content, which is provided for information purposes only (not representations/warranties) and should not be considered as an endorsement of its views by Gate, nor as financial or professional advice. See Disclaimer for details.
14 Suka
Hadiah
14
7
Bagikan
Komentar
0/400
RugpullTherapist
· 07-08 21:31
Kekacauan yang cepat pasti akan runtuh
Lihat AsliBalas0
MetadataExplorer
· 07-08 12:53
Fantasi akhirnya akan hancur
Lihat AsliBalas0
MidnightSeller
· 07-08 07:01
turun ke nol倾家荡产了
Lihat AsliBalas0
BrokenDAO
· 07-08 07:01
Semua hanyalah gelembung
Lihat AsliBalas0
PoetryOnChain
· 07-08 06:58
Keserakahan pada akhirnya akan menghancurkan segalanya
Lihat AsliBalas0
ShamedApeSeller
· 07-08 06:58
Bersikap tinggi malah terkena balasan
Lihat AsliBalas0
ThesisInvestor
· 07-08 06:41
Sukses karena kepentingan, gagal juga karena kepentingan.
Kebangkitan dan Kejatuhan SBF: Perangkap Berbahaya dari Kesuksesan Utilitarianisme
Perangkap Keberhasilan Utilitarianisme: Kebangkitan dan Kejatuhan SBF
Industri cryptocurrency selalu dipenuhi dengan drama. Dalam waktu singkat dua setengah tahun, nilai pasar sebuah perusahaan rintisan dapat melonjak hingga sekitar 28 miliar dolar. Yang lebih menakjubkan adalah, dalam 36 bulan, valuasi perusahaan melonjak dari 800 juta dolar menjadi 32 miliar dolar, dengan pertumbuhan mencapai 4000%.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah bahwa perusahaan ini telah jatuh dari raksasa industri ke tepi kebangkrutan hanya dalam waktu kurang dari seminggu. Di internet bahkan beredar lelucon seperti ini: Kinerja investasi kebanyakan orang dalam minggu ini melebihi seorang trader top yang lulus dari MIT.
Pelaku utama dari semua ini adalah seorang pengusaha muda yang memiliki rambut keriting khas—SBF.
Mitos Altruisme Efektif
Di antara banyak gelar SBF, label "efektif altruis" sangat mencolok. Ini tidak hanya memberikan kesan awal tentang karakternya, tetapi juga menjadi prinsip hidup yang dia anut.
Altruisme, egoisme, dan utilitarianisme adalah pandangan penting dalam etika Barat. Utilitarianisme didirikan oleh filsuf Inggris Bentham, dengan inti pemikirannya adalah "mencari kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak". SBF yang mengklaim sebagai seorang altruis yang efektif, sebenarnya lebih mendekati aplikasi utilitarianisme situasional, yaitu memutuskan bagaimana memaksimalkan kepentingan keseluruhan berdasarkan situasi tertentu, kadang-kadang bahkan mengabaikan moralitas dan hak-hak minoritas.
Definisi altruisme di kalangan akademisi mirip dengan utilitarianisme, keduanya memfokuskan pada perbaikan dunia dan kesejahteraan umat manusia. Altruisme efektif lebih menekankan pertimbangan biaya dan manfaat saat berbuat baik. Para pendukungnya percaya bahwa jika kita dapat mencegah terjadinya hal-hal buruk tanpa menimbulkan kerugian yang signifikan, maka kita memiliki kewajiban moral untuk bertindak.
Namun, pemikiran ini juga dapat menyebabkan beberapa pandangan yang kontroversial. Misalnya, percaya bahwa seseorang yang mampu tidak lebih baik daripada melakukan pekerjaan bergaji tinggi dan kemudian menyumbang, daripada langsung bekerja di lembaga amal, meskipun pekerjaan tersebut mungkin tidak etis atau tidak bermanfaat bagi masyarakat.
SBF bukan hanya penganut teori ini, tetapi juga pelaksana setia. Namun, keyakinan ini akhirnya menyebabkan runtuhnya FTX dengan cepat.
Sumber dan Praktik Kepercayaan
Keyakinan SBF terhadap altruisme efektif dapat ditelusuri kembali ke masa remajanya. Pada usia 14 tahun, ia mulai tertarik pada utilitarianisme. Pemikiran ini berakar dan tumbuh dalam benak mudanya, dan terus berkembang di sepanjang jalan hidupnya.
Selama belajar di Massachusetts Institute of Technology, SBF menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika dan fisika. Sementara itu, ia juga membahas topik-topik seperti utilitarianisme, bisbol, dan politik di blognya, menunjukkan kedalaman pemikirannya.
Di bawah panduan altruisme efektif, karier SBF berkembang pesat seolah-olah dia sedang bermain game, meraih reputasi, status, dan kekayaan. Namun, seiring dengan akumulasi kesuksesan, ketekunannya terhadap ideologi ini semakin mendalam, bahkan sampai pada tingkat yang sulit dipahami oleh orang biasa.
Sebagai seorang altruisme efektif yang teguh, SBF memandang menghasilkan uang dan berkontribusi sebagai misi hidup. Dia bukan hanya anggota organisasi amal, tetapi juga berencana untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya sepanjang hidupnya. Perusahaannya FTX juga berkomitmen untuk menggunakan 1% dari pendapatannya untuk kegiatan amal. Dalam pemilihan presiden AS 2020, SBF menjadi salah satu CEO yang menyumbangkan uang paling banyak kepada Biden, dengan sumbangan pribadi mencapai 5,2 juta dolar.
Meskipun pasar cryptocurrency lesu di tahun 2022, SBF tetap berkomitmen untuk menyumbangkan 1 miliar dolar AS untuk amal melalui FTX Foundation.
Namun, praktik SBF terhadap altruisme efektif tidak hanya terbatas pada kedermawanan. Gaya hidup sehari-harinya juga mencerminkan filosofi ini. Data publik menunjukkan bahwa SBF adalah seorang vegetarian, tidur hanya empat jam setiap malam, dan sering beristirahat di kursi bean bag di kantor. Meskipun merupakan miliarder, ia masih memilih untuk berbagi apartemen dengan orang lain, hampir tidak minum alkohol, dan tidak mengambil cuti.
Tindakan-tindakan ini mungkin membuat orang berpikir SBF adalah orang baik, tetapi apa yang dilakukan orang baik tidak selalu benar. Faktanya, justru pandangan nilai dan dunia yang ekstrem inilah yang pada akhirnya menyebabkan krisis FTX.
Mitos Kesuksesan dan Akar Krisis
Jejak sukses SBF mirip dengan pemuda berbakat lainnya di industri cryptocurrency. Setelah tahun 2018, seluruh industri berada dalam periode kenaikan dan menyambut dua putaran pasar bullish pada tahun 2021. Keuntungan yang terus menerus dan akumulasi kesuksesan membesarkan hati SBF, membuatnya semakin yakin bahwa altruisme efektif adalah kunci kemenangan.
Namun, kegiatan amal, sumbangan politik, dan ekspansi perusahaan memerlukan banyak dana. Ini menjelaskan mengapa SBF terus mencari pendanaan dengan valuasi tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sikapnya yang mencari hasil cepat menyebabkan serangkaian masalah.
Dalam situasi pasar kripto yang secara keseluruhan lesu, cadangan dana sangat tidak mencukupi. Untuk mencapai tujuan pribadinya, SBF mulai menyembunyikan laporan keuangan perusahaan dan menggunakan token platform sebagai jaminan. Bahkan setelah krisis pecah, ia masih mencoba menyebarkan informasi palsu, mengklaim bahwa perusahaan memiliki cadangan dana sebesar 10 miliar dolar AS.
Pengunduran diri eksekutif perusahaan menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan di dalam. Laporan keuangan yang bocor sebelumnya mungkin merupakan tindakan oleh staf internal untuk mencegah situasi memburuk. Ternyata, strategi "meninggalkan mobil untuk menyelamatkan pemimpin" ini efektif sampai batas tertentu. Harga token FTT tidak sepenuhnya jatuh ke nol, tetapi kembali ke level tahun 2020, memberikan FTX secercah harapan.
Refleksi dan Masa Depan
Menghadapi krisis, SBF mulai merenungkan dan melakukan evaluasi mendalam kepada karyawan dan pihak luar. Dia mengakui adanya kekurangan dalam komunikasi dengan investor dan menyatakan akan mengeksplorasi kemungkinan investasi melalui kolaborasi antara FTX dan FTX US.
Di media sosial, SBF menerbitkan surat permohonan maaf yang panjang: "Maaf. Ini yang paling penting. Saya telah mengacaukan segalanya, saya seharusnya melakukan yang lebih baik." Diketahui bahwa dia sedang mencari untuk mengumpulkan hingga 9,4 miliar dolar AS untuk FTX.
Baik utilitarianisme maupun altruisme efektif hanyalah alat pemikiran bagi individu. Mengejar keuntungan secara berlebihan atau terlepas dari kenyataan adalah hal yang tidak diinginkan. Para altruisme efektif mungkin merasakan kebahagiaan dan kepuasan saat menerapkan teori, tetapi mereka juga rentan terhadap optimisme berlebihan, mengabaikan kondisi dan masalah yang ada.
Saat ini, SBF tampaknya telah mulai melepaskan prinsip yang telah dianutnya dalam jangka panjang dan kembali ke realitas. Kesuksesannya bukanlah kebetulan, begitu pula nasib FTX belum sepenuhnya ditentukan. Apakah SBF benar-benar bisa berubah dan bangkit kembali, mari kita tunggu dan lihat.