Baru-baru ini, dunia teknologi kembali memfokuskan perhatian pada pendiri TSL dan SpaceX, Elon Musk. Musk mengumumkan rencana berani di platform sosial X (dulu Twitter) yang memicu banyak diskusi dan kritik.
Musk menyatakan bahwa ia merasa tidak puas dengan 'sampah' dan 'konten salah' yang dihasilkan oleh model AI miliknya, Grok. Untuk mengatasi masalah ini, ia mengusulkan sebuah rencana radikal: membiarkan versi 3.5 Grok menulis ulang seluruh basis pengetahuan manusia, kemudian menggunakan data baru ini untuk melatih ulang Grok.
Musk menjelaskan: 'Kami akan memanfaatkan kemampuan penalaran canggih Grok 3.5 untuk menulis ulang basis pengetahuan manusia. Proses ini akan mencakup pengisian kekosongan informasi dan penghapusan konten yang salah. Setelah itu, kami akan menggunakan kumpulan data yang telah dioptimalkan ini untuk melatih kembali model.' Dia percaya bahwa semua model AI di pasar saat ini terlalu bergantung pada data pelatihan yang belum terverifikasi, yang mengakibatkan banyak informasi yang tidak berguna.
Namun, ide Elon Musk ini segera mendapat penolakan kuat dari kalangan akademis. Profesor kehormatan Universitas New York, Gary Marcus, mengomentari hal ini: 'Ini seperti plot dalam novel 1984. Anda tidak bisa membuat Grok sejalan dengan pandangan pribadi Anda, jadi sebaiknya tulis ulang seluruh sejarah untuk menyesuaikan dengan pemikiran Anda.'
Profesor Bernardino dari Universitas Milan, Italia juga menyampaikan kekhawatirannya di LinkedIn: 'Mengubah data pelatihan AI untuk tujuan ideologis adalah salah dari berbagai sudut pandang!'
Kontroversi ini menyoroti masalah inti dalam perkembangan AI: bagaimana memastikan kualitas data sambil menghindari bias dan manipulasi manusia. Rencana Musk meskipun bertujuan untuk meningkatkan akurasi keluaran AI, juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi manipulasi informasi.
Seiring dengan kemajuan teknologi AI yang terus menerus, bagaimana menyeimbangkan inovasi teknologi dengan pertimbangan etika akan menjadi tantangan yang terus dihadapi oleh industri. Tindakan Musk ini tanpa diragukan lagi akan memicu lebih banyak diskusi mendalam tentang arah pengembangan AI dan tata kelola data.
This page may contain third-party content, which is provided for information purposes only (not representations/warranties) and should not be considered as an endorsement of its views by Gate, nor as financial or professional advice. See Disclaimer for details.
15 Suka
Hadiah
15
8
Bagikan
Komentar
0/400
MevWhisperer
· 06-27 02:01
Mencari untuk mengendalikan
Lihat AsliBalas0
BlockchainWorker
· 06-26 22:22
Elon Musk mungkin salah makan obat.
Lihat AsliBalas0
bridge_anxiety
· 06-24 04:50
Kuda kecil sudah gila, kan?
Lihat AsliBalas0
mev_me_maybe
· 06-24 04:48
Ayo bermain gila seperti tahun 1984.
Lihat AsliBalas0
AirdropHunterZhang
· 06-24 04:42
Dadar menghasilkan uang dengan tenang, Musk dianggap bodoh dalam hal ini.
Baru-baru ini, dunia teknologi kembali memfokuskan perhatian pada pendiri TSL dan SpaceX, Elon Musk. Musk mengumumkan rencana berani di platform sosial X (dulu Twitter) yang memicu banyak diskusi dan kritik.
Musk menyatakan bahwa ia merasa tidak puas dengan 'sampah' dan 'konten salah' yang dihasilkan oleh model AI miliknya, Grok. Untuk mengatasi masalah ini, ia mengusulkan sebuah rencana radikal: membiarkan versi 3.5 Grok menulis ulang seluruh basis pengetahuan manusia, kemudian menggunakan data baru ini untuk melatih ulang Grok.
Musk menjelaskan: 'Kami akan memanfaatkan kemampuan penalaran canggih Grok 3.5 untuk menulis ulang basis pengetahuan manusia. Proses ini akan mencakup pengisian kekosongan informasi dan penghapusan konten yang salah. Setelah itu, kami akan menggunakan kumpulan data yang telah dioptimalkan ini untuk melatih kembali model.' Dia percaya bahwa semua model AI di pasar saat ini terlalu bergantung pada data pelatihan yang belum terverifikasi, yang mengakibatkan banyak informasi yang tidak berguna.
Namun, ide Elon Musk ini segera mendapat penolakan kuat dari kalangan akademis. Profesor kehormatan Universitas New York, Gary Marcus, mengomentari hal ini: 'Ini seperti plot dalam novel 1984. Anda tidak bisa membuat Grok sejalan dengan pandangan pribadi Anda, jadi sebaiknya tulis ulang seluruh sejarah untuk menyesuaikan dengan pemikiran Anda.'
Profesor Bernardino dari Universitas Milan, Italia juga menyampaikan kekhawatirannya di LinkedIn: 'Mengubah data pelatihan AI untuk tujuan ideologis adalah salah dari berbagai sudut pandang!'
Kontroversi ini menyoroti masalah inti dalam perkembangan AI: bagaimana memastikan kualitas data sambil menghindari bias dan manipulasi manusia. Rencana Musk meskipun bertujuan untuk meningkatkan akurasi keluaran AI, juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi manipulasi informasi.
Seiring dengan kemajuan teknologi AI yang terus menerus, bagaimana menyeimbangkan inovasi teknologi dengan pertimbangan etika akan menjadi tantangan yang terus dihadapi oleh industri. Tindakan Musk ini tanpa diragukan lagi akan memicu lebih banyak diskusi mendalam tentang arah pengembangan AI dan tata kelola data.