Kegagalan Altruisme Efektif: Kebangkitan dan Kejatuhan SBF dan FTX
Industri cryptocurrency selalu dipenuhi dengan drama. Dalam waktu hanya dua setengah tahun, nilai pasar sebuah startup dapat mencapai sekitar 28 miliar dolar, dengan valuasi perusahaan melonjak dari 800 juta dolar menjadi 32 miliar dolar dalam 36 bulan, meningkat 4000%. Namun yang lebih mengejutkan adalah, perusahaan ini beralih dari posisi terdepan di industri ke ambang kebangkrutan hanya dalam waktu kurang dari seminggu.
Semua ini bermula dari seorang pemuda berambut keriting—Sam Bankman-Fried (SBF).
Pengikut Altruisme Efektif
SBF digambarkan sebagai seorang altruis yang efektif. Label ini tidak hanya membentuk kesan orang terhadapnya, tetapi juga menjadi prinsip hidupnya. Altruisme yang efektif adalah cabang dari utilitarianisme, yang menekankan pencarian maksimalisasi nilai saat berbuat baik, dengan syarat tidak merugikan kepentingan diri sendiri.
Namun, pemikiran ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Seperti yang dicatat oleh pendiri Ethereum, Vitalik Buterin, altruisme efektif kurang memiliki teori untuk mendistribusikan "modal" sosial secara efektif. Ini mungkin mendorong orang untuk melakukan investasi berisiko, mengakumulasi kekayaan besar, dan menggunakan alasan bahwa mereka akan menyumbangkan di masa depan.
Sumber Kepercayaan
Keyakinan SBF terhadap altruisme efektif dimulai sejak masa remajanya. Ibunya adalah seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Stanford, dan ketika SBF berusia sekitar 14 tahun, dia menyadari ketertarikan SBF terhadap utilitarianisme. Ide ini berakar dalam benak mudanya dan berkembang lebih lanjut selama masa studinya di Massachusetts Institute of Technology.
Dalam karir SBF, altruisme efektif tampaknya menjadi kunci kesuksesannya. Namun, seiring berjalannya waktu, obsesinya terhadap ide ini menjadi semakin ekstrem, bahkan sampai pada titik yang sulit dipahami oleh orang biasa.
Konflik antara Ideal dan Realitas
SBF berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya kepada lembaga amal, dan telah menetapkan kebijakan untuk menggunakan 1% dari pendapatan FTX untuk amal. Dia juga merupakan salah satu CEO yang menyumbangkan paling banyak kepada Biden dalam pemilihan presiden AS 2020.
Namun, di balik kedermawanan ini tersembunyi sebuah masalah: melakukan amal membutuhkan dana, mendukung politik membutuhkan dana, dan ekspansi perusahaan juga membutuhkan dana. Ini mungkin menjelaskan mengapa SBF sering mencari pendanaan dengan valuasi tinggi dalam dua tahun terakhir.
Dalam situasi pasar kripto yang secara keseluruhan lesu, cadangan dana sangat tidak mencukupi. Untuk mencapai tujuan pribadi, SBF mulai mengambil beberapa tindakan bermasalah, seperti menyembunyikan laporan keuangan perusahaan dan menggunakan token platform sebagai jaminan.
Kebangkitan dan Refleksi
Setelah krisis FTX meledak, SBF mulai merenungkan perilakunya. Dia menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada karyawan dan masyarakat luar, mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia menyatakan: "Maaf. Ini yang paling penting. Saya telah membuat kesalahan, seharusnya saya bisa melakukan lebih baik."
Saat ini, SBF sedang mencari untuk mengumpulkan hingga 9,4 miliar USD untuk pendanaan penyelamatan FTX. Meskipun masa depan FTX masih tidak pasti, krisis ini tampaknya membuat SBF mulai meninjau kembali keyakinan dan perilakunya.
Kesimpulan
Baik utilitarianisme maupun altruisme efektif hanyalah alat pemikiran bagi individu. Mengejar keuntungan secara berlebihan atau terputus dari kenyataan adalah hal yang tidak diinginkan. Para altruisme efektif mungkin merasa bahagia ketika menerapkan teori, tetapi juga bisa terlalu optimis dan mengabaikan masalah kenyataan.
Kesuksesan SBF bukanlah kebetulan, dan krisis FTX mungkin juga bukan akhir dari segalanya. Apakah SBF benar-benar dapat merenungkan dan berubah, kita tunggu dan lihat. Kisah ini mengingatkan kita bahwa meskipun memiliki cita-cita yang mulia, kita tidak boleh mengabaikan kenyataan dan batasan moral.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
10 Suka
Hadiah
10
4
Bagikan
Komentar
0/400
Deconstructionist
· 13jam yang lalu
Ini bisa disebut altruistik? Sungguh saja dianggap bodoh.
Lihat AsliBalas0
ApeWithAPlan
· 07-14 02:24
Kekayaan dicari dalam bahaya, Semua satu tangan siapa yang takut.
Lihat AsliBalas0
CryptoMom
· 07-14 02:13
Sejak saat itu, saya tidak akan pernah percaya pada pria berambut keriting lagi.
SBF dan Krisis FTX: Pedang Bermata Dua dari Altruisme Efektif
Kegagalan Altruisme Efektif: Kebangkitan dan Kejatuhan SBF dan FTX
Industri cryptocurrency selalu dipenuhi dengan drama. Dalam waktu hanya dua setengah tahun, nilai pasar sebuah startup dapat mencapai sekitar 28 miliar dolar, dengan valuasi perusahaan melonjak dari 800 juta dolar menjadi 32 miliar dolar dalam 36 bulan, meningkat 4000%. Namun yang lebih mengejutkan adalah, perusahaan ini beralih dari posisi terdepan di industri ke ambang kebangkrutan hanya dalam waktu kurang dari seminggu.
Semua ini bermula dari seorang pemuda berambut keriting—Sam Bankman-Fried (SBF).
Pengikut Altruisme Efektif
SBF digambarkan sebagai seorang altruis yang efektif. Label ini tidak hanya membentuk kesan orang terhadapnya, tetapi juga menjadi prinsip hidupnya. Altruisme yang efektif adalah cabang dari utilitarianisme, yang menekankan pencarian maksimalisasi nilai saat berbuat baik, dengan syarat tidak merugikan kepentingan diri sendiri.
Namun, pemikiran ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Seperti yang dicatat oleh pendiri Ethereum, Vitalik Buterin, altruisme efektif kurang memiliki teori untuk mendistribusikan "modal" sosial secara efektif. Ini mungkin mendorong orang untuk melakukan investasi berisiko, mengakumulasi kekayaan besar, dan menggunakan alasan bahwa mereka akan menyumbangkan di masa depan.
Sumber Kepercayaan
Keyakinan SBF terhadap altruisme efektif dimulai sejak masa remajanya. Ibunya adalah seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Stanford, dan ketika SBF berusia sekitar 14 tahun, dia menyadari ketertarikan SBF terhadap utilitarianisme. Ide ini berakar dalam benak mudanya dan berkembang lebih lanjut selama masa studinya di Massachusetts Institute of Technology.
Dalam karir SBF, altruisme efektif tampaknya menjadi kunci kesuksesannya. Namun, seiring berjalannya waktu, obsesinya terhadap ide ini menjadi semakin ekstrem, bahkan sampai pada titik yang sulit dipahami oleh orang biasa.
Konflik antara Ideal dan Realitas
SBF berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya kepada lembaga amal, dan telah menetapkan kebijakan untuk menggunakan 1% dari pendapatan FTX untuk amal. Dia juga merupakan salah satu CEO yang menyumbangkan paling banyak kepada Biden dalam pemilihan presiden AS 2020.
Namun, di balik kedermawanan ini tersembunyi sebuah masalah: melakukan amal membutuhkan dana, mendukung politik membutuhkan dana, dan ekspansi perusahaan juga membutuhkan dana. Ini mungkin menjelaskan mengapa SBF sering mencari pendanaan dengan valuasi tinggi dalam dua tahun terakhir.
Dalam situasi pasar kripto yang secara keseluruhan lesu, cadangan dana sangat tidak mencukupi. Untuk mencapai tujuan pribadi, SBF mulai mengambil beberapa tindakan bermasalah, seperti menyembunyikan laporan keuangan perusahaan dan menggunakan token platform sebagai jaminan.
Kebangkitan dan Refleksi
Setelah krisis FTX meledak, SBF mulai merenungkan perilakunya. Dia menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada karyawan dan masyarakat luar, mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia menyatakan: "Maaf. Ini yang paling penting. Saya telah membuat kesalahan, seharusnya saya bisa melakukan lebih baik."
Saat ini, SBF sedang mencari untuk mengumpulkan hingga 9,4 miliar USD untuk pendanaan penyelamatan FTX. Meskipun masa depan FTX masih tidak pasti, krisis ini tampaknya membuat SBF mulai meninjau kembali keyakinan dan perilakunya.
Kesimpulan
Baik utilitarianisme maupun altruisme efektif hanyalah alat pemikiran bagi individu. Mengejar keuntungan secara berlebihan atau terputus dari kenyataan adalah hal yang tidak diinginkan. Para altruisme efektif mungkin merasa bahagia ketika menerapkan teori, tetapi juga bisa terlalu optimis dan mengabaikan masalah kenyataan.
Kesuksesan SBF bukanlah kebetulan, dan krisis FTX mungkin juga bukan akhir dari segalanya. Apakah SBF benar-benar dapat merenungkan dan berubah, kita tunggu dan lihat. Kisah ini mengingatkan kita bahwa meskipun memiliki cita-cita yang mulia, kita tidak boleh mengabaikan kenyataan dan batasan moral.